Sabtu, 04 Juni 2011

TUBERCHOLOSIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkolusis merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah serius diberbagai bagian dunia.di indonesia tuberkolusis paru menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan(Ahmad, 2008).
WHO (World Health Organization) menyatakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Tuberkulosis (TBC atau TB). Tiga juta orang meninggal setiap tahun karena serangan TBC. Artinya 340 orang meninggal setiap jam. TBC paling banyak membunuh umat manusia disbanding jenis penyakit menular manapun (sihombing, 2008).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahunnya 150 ribuan orang meninggal akibat tuberculosis (TB). Artinya, setiap hari ada sekitar 300 orang yang meningggal akibat TB di Negara kita. Diperkirakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah penderita TB dunia. Di negara kita penyakit Tb merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi (Aditama, 2006).
Tuberkolusis sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan yang masih sulit terpecahkan. Tuberkolusis paru masih merupakan suatu ancaman terutama pada negara- negara yang sedang berkembang. Angka kematian sejak awal abad ke-20 mulai berkurang sejak diterapkannya prinsip pengobatan dengan perbaikan gizi dan tata cara hidup penderita tuberkolusis paru (Admin,2009).
Tuberkolusis paru menyerang lebih dari 75% penduduk usia produktif, 20-30% pendapatan keluarga hilang pertahunnya akibat tuberkolusis paru. Selain itu seorang penderita aktif tuberkolusis paru akan menularkan kepada 20-25 orang yang efektif, 50-60% penderita tuberkolusis akan meninggal. Penyakit tuberkolusis menjadi masalah sosial karena sebagian besar penderitanya adalah kelompok usia produktif, kelompok sosial ekonomi rendah, dan tingkat pendidikan rendah, selain itu pengobatan relatif jangka panjang 6-8 bulan(Yoannes, 2002).
Alasan gagalnya pengobatan karena penderita tidak melaksanakan minum obat secara teratur, ini karena pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pentingnya minum obat teratur, dan dalam pencegahan penderita dengan cepat diinstruksikan tentang pentingnya sikap higienis termasuk perawatan mulut, menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, membuang tisu dengan cermat dan mencuci tangan(Fami, 2009).
Membina kerja sama baik antara petugas dan penderita, dimana bila sikap petugas baik harus diimbangi dengan sikap konsumen yang baik juga, untuk itu sebenarnya petugas perlu mencek secara langsung apakah saran yang mereka berikan memang betul-betul dilakukan penderita (Nurmala, 2002).
Berdasarkan penelitian tahun 2008 yang lalu,pengetahuan tentang penderita tuberkulosis dengan keteraturan minum obat mempunyai hubungan berarti pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi keteraturan minum obat tuberkolusis paru(Fami, 2009).
Secara umum komitmen dibangun atas kesadaran tentang adanya program penanggulangan tuberkolusis paru dan pengetahuan tentang adanya program penanggulangan tuberkolusis paru, karena itu harus ada sistem yang menjamin penderita tuberkolusis paru mau menyelesaikan pengobatannya, dan WHO menyatakan sistem DOTS (directly observed therapy) yang paling ampuh(Aditama, 2006).
Tujuan penanggulangan tuberkolusis adalah menggunakan sumber daya yang terbatas untuk mencegah, mendiagnosis dan mengobati penyakit dengan cara yang paling baik dan ekonomis(Fami, 2009).
Faktor penunjang kelangsungan berobat adalah pengetahuan masyarakat mengenal bahaya penyakit tuberkolusis paru dan cara penularannya, dan akibat kegagalan pengobatan tuberkolusi paru(Ainur, 2008).
Banyaknya masyarakat di Gunung Para yang menderita tuberkolusis paru tidak tuntas dan tidak menjalani pengobatan tuberkolusis paru dan di desa itu tiap tahunnya peningkatan tuberkolusis paru meningkat 5-10%.
Terlihat dari tidak terputusnya rantai penularan tuberkolusis paru dan peningkatan angka kejadian tuberkolusis paru di desa tersebut. Dari uraian latar belakang di atas menimbulkan minat peneliti untuk mengetahui lebih jauh mengenai ”hubungan pengetahuan penderita tuberkulosis paru dengan tuberkulosis paru terhadap keteraturan minum obat di Desa Gunung Para, Kec. Serdang Berdagai Tahun 2010.



B. Rumusan Masalah Penelitian
Bagaimana hubungan pengetahuan penderita tuberkolusis paru dengan keteraturan minum obat di Desa Gunung Para, Kecamatan. Dolok Merawan, Kabupaten. Serdang Bedagai Tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita tuberkolosis paru terhadap keteraturan minum obat di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengindentifikasi pengetahuan penderita tuberkulosis paru di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan , Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
b. Mengidentifikasi keteraturan minum obat penderita tuberkolusis paru di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
c. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan penderita tuberkolusis paru terhadap keteraturan minum obat di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.




D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan untuk masukan dan pandangan dalam memberi penyuluhan tentang keteraturan minum obat.
2. Bagi Penderita Tuberkolusis Paru
Menjadi masukan dan sumber informasi dalam bersikap, bertingkah laku dan mentaati keteraturan minum obat sesuai aturan.
3. Bagi Profesi Kesehtan Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menjadi masukan dalam penelitian selanjutnya.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia(soekidjo, 2003).
Pengetahuan adalah penginderaan manusia atau hasil tahu sesorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya(fami, 2009).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seorang.
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru(berprilaku baru), didalam diri orang tersebut proses yang berurutan, yakni:
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlabih dahulu terhadap stimulus(objek).
1. Interest (mersa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul.
2. Evaluation (menimbang-nimbangnya), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
3. Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
4. Adaption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kasadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari perilaku selanjutnya rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas(soekidjo, 2003).
2) Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang tela dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau ransangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas.
3. Aplikasi (aplikation), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan unutk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen- komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evalution), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
3) Factor- factor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang:
a. Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memehami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai- nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
c. Umur, dengan bertanbahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis(mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya cirri-ciri lama, keempat,. Timbulnya cirri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental tarap berpikir sesorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan padaq akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah di alami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkuin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
g. Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat sesorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru(mubarak, 2007).
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (perilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya, orang akan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) apabila ia tahu apa tujuan dan manfaat bagi keasehatan atau keluarganya, dan apa bahaya- Bahayanya bila tidak melakukan PSN tersebut. Indicator-indicator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
1. Penyebab penyakit
2. Gejala atau tanda- tanda penyakit
3. Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
4. Bagaimana cara penularannya
5. Bagaimana cara pencegahan termasuk imunisasi, dan sebagainya.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi:
1. Jenis- jenis makanan yang bergizi
2. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya
3. Pentingnya olahraga bagi kesehatan
4. Penyakit- penyakit atau bahaya merokok, minum- minuman keras, narkoba, dan sebagainya.
5. Pentingnya istrahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagaiman bagi kesehatan, dan sebagainya.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
1. Manfaat air bersih
2. Cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah
3. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
4. Akibat polusi(polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya(soekidjo, 2007).

B. TUBERKOLUSIS PARU
1. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman yang bernama mycobacterium tuberkolusa(aditama, 2006).
Penyakit tb. paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberkolusis(yoannes, 2008).
Tuberkolusis Paru merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian tinggi, angka kejadian penyakit, diagnosis dan terapi yang cukup lama(Avicenna, 2009).
Penyakit TBA merupakan masalah yang besar bagi Negara berkembang termasuk Indonesia, karena diperkirakan 95% penderita TBC berada di Negara berkembang, dan 75% darin penderita TBC tersebut adalah kelompok usia produktif(15-50 tahun)(yoanns, 2008).
2. Etiologi
Mycobacterium tubercolusis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4mm dengan tebal 0,3-0,6mm. sebagian besar komponen mycobacterium adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu bertahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan factor fisik. Microorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu micobacterim tuberkolusis senang tinggal di daerah apek paru- paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkolusis.
3. Factor- factor yang memepengaruhi tuberkolusis
Adapun factor- factor yang mempengaruhi kejadian tuberkolusis diantaranya:
a. Fator Ekonomi, keadaan social yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan karena ketidak mampyan dalam mengatasi masalah kesehatan.
Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kempuasn masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan sehat, jelas ini semua akan mudah menumbuhkan penyakit tuberkolusis.
b. Status Gizi
Ini merupakan factor yang pentin g dalam timbulnya penyakit tuberkolusis. Berdasarkan hasil penelitiab kejadian tuberkolusis menunjukan bahwa penyakit yang bergizi normal ditemukan kasus lebih kecil dari pad status gizi kurang dan buruk
c. Status Pendidikan, latar belakang pendidikan memepengaruhi penyebaran penyakit menular khususnya tuberkolusis. Berdasarkan hasil penelitian mengatakan semakin rendah latar belakang pendidikan kecenderungan terjadi kasus tuberkolusis, hal ini factor terpenting dari kejadian TBC. Sedangakan menurut departemen kesehatan tbc di pengaruhi oleh :
1. Status social ekonomi
2. Kepadatan penduduk
3. Status gizi
4. Pendidikan
5. Pengetahuan
6. Jarak tempuh dengan pusat pelayanan kesehatan
7. Keteraturan berobat


4. Tanda dan gejala TBC
1. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini yang merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat merokok.proses yang paling ringan ini menyebabakan secret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari.
2. Dahak
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi purulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi perlunakan.

3. Nyeri Dada
Nyeri dada pada tb. Paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas.
4. Batuk Darah
Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak- bercak darah, gumplan darah, atau darah segar dalam jumlah banyak.
5. Wheezing
Weezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang di sebbkan oleh secret, bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi
6. Dispneu
Merupakan late syntom dari proses lanjut tb. Paru akibat adanya restriksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed/ trombosis yang dapat mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpul monal.
Gejala-gejala umum
1. Panas badan, merupakan gejala yang paling sering dijumpai dan paling penting sering kali panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari.
2. Menggigil, dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tifdak diikuti penulran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi suatu reaksi umum yang lebih hebat.
3. Keringat malam, keringat malam bukanla gejala yang patognomonis untuk penyakit tb. Paru. Keringat malam umum nya baru timbul bila prose telah lanjut, kecuali pada orang- oaring dengan paso motor labil, keringat malam dapat timbul lebih dini.nausea, thakikardia,dan sakit kepala timbul bila ada panas.
4. Gangguan menstruasi
sering terjadi bila tb. Paru sudah menjadi lanjut.
5. Anoreksia dan penurunen berat badan
merupakan manifestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
6. Lemah Badan
gejala- gejal ini dapat di sebabkan olehkerja berlebihan,kurang tidur dan keadaan sehari hari yang kurang menyenangkan (fami, 2009).
5. Klasifikasi:
a. Tuberkolusis paru: tuberkolusis parun adalah tuberkolusis yang menyerang jaringan paru, misalnya pleura(selaput paru),berdasarkan pemeriksaan dahak, tb paru dibagi menjadi 2 kelompok: tuberkolusis. paru positif dan tuberkolusis paru negative.
b. Tubrkolusis ekstra paru: adalah tuberkolusis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelami dan lain- lain.
6. Cara penularan dan resiko penularan
a. Cara penularan
Sumber penularan adalah penderita BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam benruk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk kedalam tubuh, kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas atau penyebaran langsung ka bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
b. Resiko penularan (Annual Risk of Tuberkulosis Infection = ARTI) di Indoneia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3 %. Bila suatu ARTI sebesar 1 % berarti setiap tahun dari 1000 orang ada 10 orang yang terinfeksi, dan hanya 10 % dari yang terinfeksi tersebut yang menjadi penderita TB , terutama yang daya tahan tubuhnya rendah. Maka dapat diperkirakan didaerah tersebut setiap 1000 penduduk terdapat 1 orang penderita TB per tahun (Depkes, 2005).
Berdasarkan tingkat keparahannya, tuberkolusis paru ekstra dibagi 2 kelompok:
a. Tuberkolusis ekstra paru ringan: missal tb kelenjar limfe, pleuritis eksudat unilateral, tulang(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
b. Tuberkolusis ekstra paru berat: missal meningitis, miller, pericarditis, peritonitis, pleritis eksudat duples, tuberkolusis tulang belakang, tuberkolusis usus, tuberkolusis saluran kencing dan alat kelamin.
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita, yaitu:
a. Kasus baru: adalah penderita yang belum pernah di obati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (relaps): adalah penderita tuberkolusis yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi Tuberkolusis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
c. Pindahan (transfer in): adalah penderita tuberkolusis yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan.
d. Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out): adalah penderita tuberkolusis yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.
e. Gagal : adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih.
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Dahak
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai kebersihan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 bahan dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa, yang dikenal dengan konsep sewaktu- pagi sewaktu (SPS) :
S (Sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat pasien yang diduga TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot ahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
P (Pagi): Dahak di kumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot di bawa dan i serahkan sendiri kepada petugas kesehatan.
S (Sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis tuberkolusi paru pada orang dewasa di tegakkan dengan ditemukannya kuman tuberkolusis (BTA). Pada program tuberkolusis nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan ahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
Setelah berbagai data dikumpulkan maka dokter akan membuat klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkolusis, tergantung dari:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau diluar paru
2. Bakteriologi(hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): ditemukan BTA(disebut BTA positif) atau tidak(disebut BTA negatif).
3. Tingkat keperahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan tuberkolusis sebelumnya: baru atau sudah pernah di obati(Avicenna, 2009).
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Foto dada
2. Pemeriksaan kuman TBC: sputum, hapusan laring, kumbah lambung(aspirasi cairan lambung), bronkoskopi.
3. Test tuberkulin
4. Biopsi pleura
5. LED umunya meningkat(mubin, 2001).
c. Pemeriksaan biakan
Peran biakan dan identifikasi M. Tuberkulosis pada penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih pekat terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi:
1. Pasien TB yang masuk tipe dalam pasien kronis
2. Pasien TB ekstra paru dan pasien TB pada anak
3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.
d. Pemeriksaan Tes Resistensi
Tes restensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium
yang mampu melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuiai standar internasional, dan telah mendapatkan pemantapan mutu (Quality Assurance) oleh laboratorium supranasional TB. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan tersebut memberikan simpulan yang benar sehingga kemungkinan kesalahan dalam pengobatan MDR dapat di cegah.
8.Diagnosis TB
Diagnosis TB paru
- semua suspek tb diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu – pagi-sewktu ( spss).
- Diagnosis tb paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman tb (pta). Pada program tb nasional, penemuan pta melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto thorak, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnposis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
- Tidak dibenarkan mendiagnosis tb hanya berasarkan pemeriksaaan foto thorak saja. Foto thorak tidak selalu memberikan gambaran yang khass pada tb paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
- Gambaran kelainan radiogik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Diagnosis TB ekstra paru
- gejala dan penyuluhan tergantung organ yang terkena misalnya kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pad TB pleura (pleuritis), pembebasaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenifis TB dan deformitas tulang belakang ( gibbus) pada spondilitis tb dan lain-lainnya.
- diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sdangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat ( presuntif) dengan menyingkirkan penyakit lain. Ketetpatan disgnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto thorak dan lain-lain.
9. Pengobatan
a. Pengertian
Riwayat pengobatan tuberkolusis telah bermula bahkan sejak sebelum robet koch menemukan basil tuberkolusis di tahun 1882 yang lalu. Mula- mula hanya dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi keluhan yang ada, antara lain dengan mandirikan sanatorium- sanatorium di berbagai tempat. Masa ini dikenal sebagai” battle against symtom”. Setelah itu, berkembang pula upaya pembedahan, yang pada dasarnya adalah menangani kavitas sehingga disebut era” battle against cavity”. Di tahun 1940an barulah ditemukan obat streptomisin, yang kemudian dilanjutkan dengan obat lain bernama INH, pirazinamid, etambutol dan rifamfisin yang memulai era paling barundalam penanganan tuberkolusis, yaitu” battle against tuberkolusis bacilly.

b. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, menegah kekambuhan, memutusakn rantaian penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
c. Jenis, sifat dan dosis OAT

Jenis OAT
Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)


Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6) 10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12) 10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30) 35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
Ethambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20) 30
(20-35)


Kini pengobatan tuberkolusis dilakukan dengan prinsip sebagai berikut :
1. Obat harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung DOTS.
3. Pengobatan tuberkolusis diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal intensif dan tahap lanjutan.
Tahap awal(intensif)
a. Pada tahap intensif pasien mendapat 3-4 obat sekaligus setiap hari selama 2 bulan dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat
b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 1-2 jam.
Tahap lanjutan
a. Tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, 2 macam saja. Namun alam jangka waktu yang lebih lama biasanya lama biaanya 4 bulan.
b. Obat dapat di berikan setiap hari maupun secara intermitten, beberapa kali dalam 1 minggu.
c. Tahap lanjutan penting adalah untuk mencegah terjadinya kekembuhan.
Beberapa contoh paduan pengobatan yang kini di pakai adalah sebagaimana di sampaikan berikut ini.


Kategori -1 yang diberikan pada:
a. Pasien baru tuberkolusis paru BTA positif.
b. Pasien tuberkolusis paru BTA negatif dengan gambaran foto torak sesuai tuberkolusis
c. Pasien tuberkolusis diluar paru
Pada pasien yang masuk kategori 1 ini dalam 2 bulan pertama mendapat tablet rifamfisin, INH, pirazinamid dan etambutol setiap hari dan lalu dilanjutkan 4 bulan dengan rifamfisin dan INH, baik setiap hari maupun 3 kali seminggu.
Kategori 2 yang diberikan pada:
a. Pasien yang sudah sembuh lalu kambuh lagi
b. Pasien gagal, yang tidak sembuh di obati
c. Pasien dengan pengobatan setelah sempat berhenti berobat.
Pada pasien yang masuk kategori 2 ini dalam 2 bulan pertama mendapat tablet rifamfisin, INH, PIRAZINAMID, dan ETAMBUTOL setiap hari disertai suntikkan streptomisin, lalu dilanjutkan dengan tablet rifamfisin, INH, pirazinamid, dan etambutol setiap hari selama 1 bulan dan lanjutkan 5 bulan lagi dengan rifamfisin dan INH 3 kali seminggu(Aditama, 2006).








10. Efek samping OAT dan penatalaksanaannya
Tabel: efek samping ringan OAT
Efek samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak nafsu makan, mual,
Sakit perut Rifampisin Semua OAT di minum malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamide Beri aspirin
Kesemutan s/d rasa terbakardi kaki INH Beri vitamin B6 (Piridoxin) 100mg per hari
Warna kemerahan pada air seni (urine) Rifampisin Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu penjelasan kepada pasien

Tabel: efek samping berat OAT
Efek samping Penyebab Penatalaksanaan
Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk penatalaksanaan dibawah
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti etambutol.
Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang.
Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat) Hampir semua OAT Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati.
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan rifampisin

Penatalaksanaan pasien dengan efek samping ”gatal dan kemerahan kulit”
Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu kemungkinan p[enyebab lain. Berikan dulu anti histamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat.
Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kuli. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk.









BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konseptual
Tahap yang penting dalam penelitian adalah penyusunan kerangka konseptual. Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan terkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Dan kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita tuberkulosis paru terhadap keteraturan minum obat di desa gunung para, Kec. Dolok Merawan, Kab. Serdang bedagai tahun 2010.
kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam skema berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen












Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Independent
Pengetahuan
Hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu Kuesioner


Interval

0-3 baik
4-6 cukup
7-10 kurang

Variabel dependent :
Keteraturan minum obat Mentaati peraturan minum obat yang telah disesuai dengan keadaan kesehatan Kuesioner
Inteval 0-5= tidak teratur
6-10= teratur

B. Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian(Sugiyono, 2004).
Hipotesa pada penelitian ini adalah (Ha) hipotesa alternatif yaitu ada hubungan pengetahuan penderita tuberkolusis paru terhadap keteraturan minum obat di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.




BAB IV
METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan bersifat asosiatif yaitu yang bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui hubungan pengetahuan penderita tuberkulosis paru terhadap keteraturan minum obat tuberkolusis paru di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yaitu waktu pengukuran data yang dilakukan pada waktu yang bersamaan dan satu kali.

B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menderita tuberkolusis paru yang tidak rawat inap di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 15 orang.
2. Sampel Penelitian
Tehnik sampling adalah tehnik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi(Arikunto, 2008). Yang menjadi subjek penelitian adalah masyarakat penderita tuberkolusis paru di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai.

Dimana cara pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling yaitu mengambil semua populasi menjadi sampel penelitian sebnyak 15 orang.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun peneliti memilih lokasi ini dengan pertimbangan sebagai tempat penelitian karena dilihat dari data statistik dan pengakuan dari petugas kesehatan bahwa peningkatan penderita tuberkolusis paru semakin tinggi di akibatkan karena ketidak patuhan penderita minum obat tuberkolusis paru secara teratur.
Dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2010, di Desa Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai.

D. Pertimbangan Etik
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian sebagai berikut:
1. informed consent (lembar persetujuan)
Saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada responden secara lisan atas kesediaannya menjadi responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Pada lembar persetujuan maupun lembar kuisioner tidak akan menuliskan nama responden tapi hanya memberi simbol saja.
3. Konfidentially (kerahasiaan)
Pemberian informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi dan tidak akan disebar luaskan kepada orang lain tanpa seizin responden.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terbagai menjadi 2 bagian yaitu:
Pertama adalah kuesioner data demografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan alamat.
Kedua adalah kuesioner untuk mengidetifikasi pengetahuan penderita tuberkulosis dengan keteratutuaran minum obat. Penelitian ini menggunakan skala gutman yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertayaan-pertayaan: ya dan tidak, positif dan negatif, terdiri dari 20 item. Responden akan membuat tanda checlist (√) pada lembar pertanyaan dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan jika salah nilainya 0.

F. Metode Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan pengumpulan data peneliti meminta surat ijin dari pendidikan kepada ketua stikes untuk diberikan kepada tempat yang akan dilakukan penelitian setelah mendapat surat balasannya maka peneliti dapat melakukan penelitian. Dan kemudian peneliti akan mengunjungi responden dirumahnya dan menjelskan mengenai maksud dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, hak dan kewajiban responden serta meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Apabila responden menyetujuinya, maka peneliti akan meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan. Peneliti kemudian menanyakan hal-hal yang terkait dengan hubungan pengetahuan tentang penderita tuberkulosis paru dengan keteraturan minum obat dan mengisi lembar kuisioner. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner, yang dibuat berdasarkan kerangka konsep. Kuesioner yang digunakan adalah tertutup bagi responden. Dalam jumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden berjumlah 20 butir. Untuk memperoleh informasi dari penderita mengenai hubungan pengetahuan penderita tuberkolusis yang mempengaruhi keteraturan minum obat tuberkolusis paru.

G. METODE ANALISA DATA
Metode analisa yang digunakan adalah korelasi prodact moment (r) yang bertujuan untuk menguji hipotesis antara satu variabel independen dengan variabel dependennya.
Cara pengujiannya adalah terlebih dahulu menentukan r hitung dengan:
Rumus:
Uji signifikan korelasi prodact moment secara praktis yang tidak perlu dihitung, tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r prodact moment
R hitung r tabel = Ha (bila r hitung sam dengan atau lebih besar dari r tabel, maka Ha diterima).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Dalam Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan Tuberkolusis Paru di Desa Gunung Para Kec. Dolok Merawan, Kab Serdang Bedagai melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 14 Juli di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang terhadap 15 orang responden.
a. Kelompok umur
Tabel Distribusi Responden berdasarkan umur di Desa Gunung Para Kec, Dolok Merawan, Kab, Serdang Bedagai Tahun 2010.
Umur (tahun) Jumlah Persentase
21-31 4 26,7 %
32-41 5 33,3 %
42-51 3 20 %
52-61 2 13,3 %
62-71 1 6,7 %
Total 15 100

Berdasarkan tabel diatas mayoritasnya pada umur 32-41 tahun (33,3 %),dan minoritas pada umur 62-71 tahun.(6,7 %)


b. Jenis kelamin
Tabel distribusi responden berdasarkan jenis kelami di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2010.
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 13 86,7 %
Perempuan 2 13,3 %
Jumlah 15 100 %

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat mayoritasnya pada laki-laki dan minoritasnya pada perempuan.
c. Pendidikan Terakhir
Tabel Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Desa Gunung Para Kec.Dolok Merawan Kab Serdang Bedagai Tahun 2010.

Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak Sekolah 0 -
SD 2 13,3 %
SMP 9 60 %
SMA 4 26,7 %
Perguruan Tinggi 0 -
Total 15 100 %
Berdasarkan tabel diatas mayoritasnya pada pendidikan SMP yaitu 9 orang (60%) dan minoritasnya pada responden yang berpendidikan SD yaitu 2 orang (13,3%)

Berdasarkan kuesioner dengan menggunakan pengkajian data Tabel Pengkajian Pengetahuan dan keteraturan minum obat pasien di Desa Gunung Para Kec dolok merawan, Kab Serdang Bedagai Tahun 2010
No Pengetahuan Keteraturan X- Y1-Y1 X2 Y2 XY
1 8 6 1,4 1,2 1,96 1,44 1,68
2 7 5 0,4 0,2 0,16 0,04 0,08
3 5 4 -1,6 -0,8 2,56 0,64 1,28
4 10 6 3,4 11,56 11,56 1,44 4,08
5 5 4 -1,6 2,56 2,56 0,64 1,28
6 7 5 0,4 0,2 0,16 0,04 0,08
7 9 5 2,4 0,2 5,76 0,04 0,48
8 6 4 -0,6 -0,8 0,36 0,64 0,48
9 6 4 -0,8 -0,8 0,36 0,64 0,48
10 9 6 1,2 1,2 5,76 1,44 2,88
11 8 6 1,4 1,2 1,96 1,44 1,68
12 4 4 -2,6 -0,8 6,76 0,64 2,08
13 9 5 2,4 0,2 5,76 0,04 0,48
14 3 4 -3,6 -0,8 12,96 0,64 2,88
15 3 4 -3,6 0,8 12,96 0,64 2,88
Jlh 99 72 0 0 71,6 10,4 22,8




Rata-rata X =99:15= 6,6
Rata-rata Y =72:15= 4,8
= 71,6
= 10,4
= 22,8



1. Hasil Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian untuk mencari hubungan pengetahuan penderita tuberkulosis paru terhadap keteraturan minum obat.
Jumlah responden pada penelitian sebanyak 15 orang , berdasarkan desain yang bersifat asosiatif , kemudian responden di beri lembar kuesioner yang bersifat tertutup pada sekali pertemuan dengan responden. Kemudian hasil discoring dan diuji dengan uji korelasi prodact moment Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data pada hasil kuesioner responden di dapat hasil hitung pada pengetahuan terhadap keteraturan minum obat sebesar 0,835. Pengetahuan tentang TB paru dapat juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang memberi pengaruh positif dalam penyembuhan, hal ini sesuai dengan di kemukakan oleh depkes RI, 2002 bahwa pendidikan yang rendah dapat sebagai penyebab keterbatasan pengetahuan.
Sama halnya dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatau objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seorang. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan mempunyai hubungan terhadap keteraturan minum obat di desa Gunung Para, Kec. Dolok Merawan, Kab Serdang Bedagai terlihat dari r hitung > r tabel ( r hitung : 0,835 > r tabel : 0,514) dengan taraf kesalahan 5 %.Berarti ada hubungan pengetahuan penderita Tb paru terhadap keteraturan minum obat di Desa Gunung Para Kec,Dolok Merawan Kab Serdang Bedagai (Ha diterima).

2. Keterbatasan Penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yaitu:
1. Keterbatasan dalam hal pengumpulan responden karena responden di ambil penderita yang rawat jalan maka saat peneliti datang untuk meneliti dan membagi kuesioner responden tidak ada di puskesmas, maka peneliti harus mendatangi rumah responden klien.
2. Keterbatasan dalam kuesioner, instrumen yang digunakan peneliti adalah kuesioner terstruktur, jawaban yang di berikan masyarakat hanya berdasarkan pertanyaan kuesioner, maka tidak terlalu menjamin kebenaran atas jawaban responden tersebut.
3. Peneliti juga mempunyai keterbatasan dalam jumlah variabel yang diteliti. Masih ada variabel–variabel independen yang mempunyai hubungan variabel dependen dalam penelitian ini yang tidak di teliti karena adanya keterbasan biaya maupun tenaga yaitu motivasi, pendidikan, pakerjaan dan lain.


BAB V1
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian dengan asosiatif ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui ada hubungan pengetahuan penderita tuberkulosis paru terhadap keteraturan minum obat. Penentuan jumlah sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling, dan didapatkan kesimpulan sebagai berikut.

A. KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan hanya sehari dengan jumlah responden 15 orang yang mempunyai penyakit tuberkulosis paru di Dsa gunung Para Kec Dolok Merawan Kab Serdang Bedagai Tahun 2010. Berdasarkan dari hasil kuesioner yang di bagikan kepada responden maka hasilnya ialah hipotesa alternatif (Ha) diterima atau ada hubungan antara pengetahuan penderita tuberkulosis paru terhadap keteraturan minum obat di Desa Gunung Para Kec, Dolok Merawan Kab Serdang Bedagai Tahun 2010.

B. REKOMENDASI
1. Bagi lahan penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan untuk masukan dan pandangan dalam memberi penyuluhan tentang keteraturan minum obat.
2. Bagi Penderita Tuberkolusis Paru
Menjadi masukan dan sumber informasi dalam bersikap, bertingkah laku dan mentaati keteraturan minum obat sesuai aturan.
3. Bagi Profesi Kesehtan Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menjadi masukan dalam penelitian selanjutnya.

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan pendamping ASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Menurut yang tertulis dalam buku Iswati Tahun 2009, survey demorafi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun (1997) dan tahun (2002) lebih dari 95% Ibu pernah menyusui bayinya. Namun, menyusui dalam satu jam pertama cenderung menurun 8% pada tahun (1997) menjadi 3,75% pada tahun (2002). Cakupan ASI eklusif Selama 6 bulan juga menurun dari 42,4% pada tahun (1997) menjadi 39,5% pada tahun (2002). Sementara itu, pengggunaan susu formula justru meningkat menjadi 3 kali lipat selama 5 tahun, yakni dari 10,8% pada tahun (1997) menjadi 32,5% pada tahun (2002). Asi merupakan asupan makanan utama bagi bayi.setelah lahir, hendaknya bayi langsung diberi ASI. Anda harus memberinya ASI, meskipun jumlah sangat sedikit atau beberapa tetes. ASI berfungsi memperkuat daya tahan tubuh bayi, Serta menjaga kedekatan hubungan emosional dengan Ibu.Saat bayi lahir, daya tahan tubuhnya masih rendah, sehingga bayi gampang terserang penyakit. Oleh karna itu, Anda perlu meningkatkan asupan makannnya yang bergizi.
Arisman, Tahun 2002 , Dimasa bayi ASI adalah makanan terbaik dan paling utama karena mempunyai kandungan zat ketebalan yg sangat diperlukan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit karna ASI memiliki zat anti infeksi.
Dibandingkan dengan orang dewasa,kebutuhan bayi akan zat gizi boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan persentase berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi ternyata melampaui kebutuhan orang dewasa ,nyaris dua kali lipat hal ini juga dipengaruhi oleh kesiapan bayi untuk menerima makanan padat atau makanan tambahan.
Menurut Widyastuti Tahun 2004, ASI merupakan salah satu kontribusi terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir,bayi dan anak-anak. Mamfaatnya akan semakin besar apabila pemberian ASI dimulai pada satu jam pertama setelah kelahiran. Dimana bayi membutuhkan makanan dan tampa pemberian susu tambahan. Selain kekayaan gizi yang jelas dimiliki ASI,pemberian ASI juga melindungi bayi dari kematian dan kesakitan.
Menurut Arief Tahun 2009, Air Susu Ibu (ASI) bukan minuman, Namun,ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan . ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu,secara alamiah ASI “dibekali” enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Di lain pihak,system pencernaan bayi usia dini belum memiliki cukup enzim pencerna dalam makanan.
Menurut Sunartyo (2009) , Banyak orang tua sering kali salah mengartikan istilah “penyapihan” yaitu menghentikan pemberian ASI seketika itu atau setelah bayi dianggap sudah mampu diberi bubur nasi. Hal ini, berpengaruh terhadap psikologis pada pertumbuhan dan perkembangan bayi di masa mendatang.
Sebenarnya istilah ”penyapihan” itu proses membiasakan bayi secara berlahan-lahan memakan makanan orang dewasa. Meskipun bayi selama proses penyapihan diberikan makana tambahan, tetap pemberian ASI menjadi prioritas utama hingga anak berumur 2 tahun. Selain faktor ekonomi, kurangnya pengetehuan tentang apa dan bagaimana merawat dan memelihara anak agar tumbuh kembang dengan baik sering menjadi pemiju utama mengapa anak kekurangan gizi. Sebagian bayi mungkin dapat tumbuh dengan normal sampai umur enam bulan hanya dengan pemberian ASI, tetapi ada sebagian bayi yang memerlukan banyak energy dan zat-zat gizi lain daripada yang terdapat dalam ASI. Untuk itu pemberian makanan tambahan, juga akan mengurangi produksi karena si anak menjadi jarang munyusu. Tujuan pemberian makanan tambahan sebagai penganti ASI agar anak cukup memperoleh kebutuhan energy, protein dan zat-zat gizi lain untuk tumbuh kembang secara normal. Meskipun anak telah diberi makanan tambahan, bukan berarti ASI dihentikan.
Kasus gizi buruk yang disebabkan oleh kekurangan konsumsi pangan dan mutu gizi yang dikonsumsi keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan balita selain pendidikan ibu, pekerjaan ibu, serta pengetahuan ibu. Faktor ini sangat menentukan karena pemberian makanan yang meliputi kualitas dan kuantitas makanan, jadwal pemberian makan anak karena ibu sangat berperan dalam mengatur konsumsi makanan anak. Sebagian besar kejadian kurang gizi dapat dihindari apabila mempunyai cukup pengetahuan.

Menurut Lituhayu (2010), setelah bayi berusia 6 bulan, Ia membutuhkan makanan tambahan yang dikenal sebagai makanan pendamping ASI (MP-ASI). Banyak dari kita tidak pernah tahu mengapa WHO & IDAI mengeluarka statement bahwa ASI eksklusif (ASI saja tanpa tambahan apapun bahkan air putih sekalipun) diberikan pada 6 bulan pertama kehidupan seorang anak. Kemudian setelah 6 bulan anak baru mulai mendapatkan MP-ASI berupa bubur susu,nasi tim, dan sebagainya. Pasalnya, seiring usia bertambah, kebutuhan akan zat –zat gizi pun meningkat.Pemberian MP-ASI juga merupakan persiapan atau masa peralihan munuju makanan keluarga agar tumbuh kembangnya berjalan dengan seoptimal mungkin. MP-ASI diberikan sampai anak berusia 24 bulan..
Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Umur 6-24 Bulan di Dusun Sido Rukun. Desa Candi Rejo. Kec. Biru – Biru.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah umum dan khusus sebagai berikut:
1.2.1 Umum
Bagaimana Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Terhadap Perubahan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Usia 6-24 bulan di Dusun Sido Rukun. Desa Candirejo. Kec. Biru – Biru.
1.2.2 Khusus
1. Bagaimana Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan pendamping ASI di Dusun Sido Rukun. Desa Candirejo. Kec. Biru – Biru.
2. Bagaiman Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang makanan pendamping ASI Terhadap Perubahan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita usia 6-24 bulan di Desa Candi Rejo.

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini tujuan umun dan khusus sebagai berikut :
1.3.1 Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Terhadap Perubahan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Usia 6-24 bulan di Dusun Sido Rukun. Desa Candirejo. Kec. Biru – Biru
1.3.2 Khusus
1. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI di Dusun Sido Rukun. Desa Candirejo. Kec. Biru – Biru
2. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makana Pendamping ASI Terhadap Perubahan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Usia 6-24 bulan di Dusun Sido Rukun. Desa Candirejo. Kec Biru- Biru.

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat bermamfaat bagi ibu di Desa Candi Rejo Kec.Biru-Biru Kab. Deli Serdang, karena memperoleh informasi Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Dengan Perubahan Berat Badan Balita Usia 6-24 Bulan.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan informasi kepeda instansi terkait dan dapat dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat penelitian selanjutnya.
1.4.3. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengaruh dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah.
1.4.4. Bagi Dinas Kesehatan Kec. Biru- Biru Kab. Deli Serdang.
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat Kec.Biru-Biru Kab. Deli Serdang khusus instansi dinas kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan balita sehingga menghasilkan generasi penerus yang berkualitas.


BAB II
TUJUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Notoadmojo Tahun 2003, Menurut Bahasa Indonesia pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Apabila suatu pembuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan apabila manusia mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut :
-Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
-Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu disini sikap subjek sudah mulai timbul.
-Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
- Trial dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
- Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Yang tertulis dalam buku Notoatmodjo Tahun 2003, pengetahuan yang dicakup dalam enam tingkatan bergerak dari yang sederhana sampai pada yang kompleks yaitu :
1. Mengetahui/Tahu (Know)
Mengetahui berdasarkan mengingat kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya. Mengetahui dapat menyangkut bahan yang luas atau sempit seperti fakta (sempit) dan teori (luas). Namun, apa yang diketahui hanya sekedar informasi yang dapat disingkat saja. Oleh karena itu pengetahuan merupakan tingkat yang paling rendah.
2. Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan memahami arti sebuah ilmu seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu.
3. Penerapan / Aplikasi (Aplication)
Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau penafsirkan suatu ilmu yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru seperti menerapkan suatu metode, konsep, prinsip atau teori.


4. Analisa (Analisis)
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan suatu samalainnya. Seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyelesaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penelitian terhadap suatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Misalnya dapat membandingkan, menanggapi dan dapat menafsirkan dan sebagainya.
Bloom membagi kemampuan kognisi manusia ke dalam 6 tingkatan:
1.Tingkat Pengetahuan (Knowledge Level)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas (quality management), orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yg berkualitas standar kualitas minimum untuk produk, dsb.
2. Tingkat Pemahaman (Comprehension Level)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dsb.
3. Tingkat Aplikasi (Application Level)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart.
4. Tingkat Analisis (Analythical Level)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan Membagi - bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilahmilah penyebab meningkatnya reject, membandingbandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
5. Tingkat Sintesa (Synthesis Level)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikansolusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
6.Tingkat Evaluasi (Evaluation Level
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.

2.2 Status Gizi Balita
2.2.1 Pengertian Status Gizi Balita
Khomsan dan Ridhayani Tahun 2008, pertumbuhan fisik anak merupakan sebuah ukuran yang dapat di lihat kasat mata.Faktor makanan (gizi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada masa ini.Gizi yang seimbang akan menjamin tubuh balita memperoleh semua asupan yang dibutuhkan untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.Kurangnya asupan gizi akan menghambat pertumbuhan tinggi badan dan akhirnya berdampak buruk bagi perkembangan mental-intelektualnya. Pada dasarnya sampai usia 6 bulan bayi dapat tumbuh secara optimal dengan mengandalkan asi saja.
Namun, setelah melewati usia 6 bulan , bayi harus diberikan makanan tambahan pendamping ASI dengan tidak mengabaikan ASI sampai usia 2 tahun.
Menurut Arief Tahun 2002 , pemberian ASI saja hanya memenuhi 60-70% dari kebutuhan gizi bayi, sedangakan sisanya didapat melalui makanan yang di berikan oleh si Ibu.Menginjak usia 6-24 bulan keatas kebutuhan gizi si kecil meningkat untuk itu perlu sekali asupan gizi yang lebih meningkat pula,karna dimasa ini merupakan masa kritis bagi bayi sehingga sering sekali terjadi kasus gizi buruk dan akan membawa resiko tinggi terserang penyakit terutama penyakit diare dalam buku sunartyo Tahun 2009, karna produksi ASI si Ibu makin lama makin berkurang , untuk itu perlu adanya makanan tambahan yang mengandung kaya energy.
Nita-midicastore.com Tahun 2008, status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak.

Semua nutrisi penting bagi anak dalam usia pertumbuhan, Ali tahun 2008 berpesan untuk memperhatikan asupan makanan pendamping, seperti, sayur dan pangan hewani,mengkonsumsi susu tetap dipertahankan .Perhatikan juga asupan empat sehat lima sempurna dengan kualitas yang cukup.

2.2.2 Standar Gizi Untuk Balita
Menurut Arief Tahun 2009, karena pentingnya pengetahuan mengenai kualitas dan kuantitas nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan usianya berikut dijelaskan standar kecukupan nutrisi yang diperlukan agar dapat tumbuh kembang optimal.
1. Kalori/Energi
Angka kecukupan energy rata-rata yang dianjurkan (per anak per hari) :
Umur Energi (Kkal )
0-6 bulan 550
7-12 bulan 800
1-3 tahun 1.250

2. Protein
Angka kecukupan protein Rata-rata yang dianjurkan (per anak per hari) :
0-6 bulan 12
7-12 bulan 15
1-3 tahun 23




3. Lemak
Bayi balita sampai umur 2 tahun mendapatkan 40 % energy yang dibutuhkan oleh tubuhnya dari lemak.Setengah dari suplai energy yang diperoleh dari ASI dan susu formula berasal dari lemak.
4. Vitamin
Setiap vitamin dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah tertentu, tidak terlampau banyak ataupun sedikit .Secara umum , fungsi vitamin dalam tubuh berhubungan erat dengan fungsi enzim yang merupakan katalisator organic yang menjalankan dan mengatur reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh. Terdapat dua golongan vitamin A, D,E dan K, serta yang larut dalam air seperti vitamin C, B1,B2, B12, niasin , piridoksin, dan asam folat.
5. Mineral
Sekitar 4% tubuh manusia terdiri atas mineral. Fungsi mineral dalam tubuh untuk Zat pembangun dan pengatur.
6. Kalsium
Angka kecukupan kalsium rata-rata yang dianjurkan ( per anak per hari ):

0-6 bulan 300
7-12 bulan 400
1-3 tahun 500





7. Fosfor
Angka kecukupan fosfor rata-rata yang dianjurkan ( per anak per hari ) :

0-6 bulan 200
7-12 bulan 250
1-3 tahun 250

8. Air
Air merupakan bagian terbesar dari sel – sel tubuh , karena 65-70 % dari berat total tubuh terdiri atas air. Sebanyak 150 ml/kg/hari konsumsi air dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh si kecil.
Menurut Khomsan dan Ridhayani (2008), angka kecukupan gizi sebagai berikut:
E Bayi usia 7-12 bulan Bayi usia 12-36 bulan
Energy ( kkal ) 650 1.000
Protein ( g ) 16 25
Vitamin A ( g ) 400 400
Vitamin D 5 5
Vitamin E 5 6
Vitamin K ( µg ) 10 15
Tiamin ( mg ) 0,4 0,5
Riboflavin ( mg ) 0,4 0,5
Niasin ( mg ) 4 6
Asam Folat ( µg ) 80 150
Piridoksin ( mg ) 0,3 0,5
Vitamin B12 (µg) 0,5 0,9
Vitamin C ( mg ) 40 40
Kalsium ( mg ) 400 500
Fospor ( mg ) 225 400
Magnesium ( mg ) 55 60
Besi ( mg ) 7 8
Yodium ( µg ) 90 90
Seng ( mg ) 7,5 82
Selenium ( µg ) 10 17
Mangan (mg ) 0,6 1,2


2.3. Makanan pendamping ASI
2.3.1. Pengertian
Sunartyo Tahun 2009, Makanan pendamping adalah makanan yang diberikan kepada bayi setelah cukup bulan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi yang diperlukan bagi bayi karena produksi ASI mulai berkurang dimana bayi secara perlahan-lahan dibiasakan dengan makanan orang dewasa.
Khomsan dan Ridhayani Tahun 2008, makanan pendamping ASI atau MP-ASI adalah makanan yang diberikan secara bertahap. Awalnya bayi diberi makanan cair seperti sari buah atau bubur susu.Setelah itu berlanjut dengan makanan semi padat dan akhirnya diberikan makanan padat. Disamping itu uga bayi telah memiliki reflek mengunyah, sehingga harus mulai diperkenalkan dan diberi makanan lumat. Untuk menyesuaikan kemampuan bayi terhadap makanan tersebut maka pemberian Makanan Pendamping harus dilakukan secara bertahap baik bentuk, jumlah dan macamnya.
2.3.2 Tujuan Makanan Pendamping ASI
Dengan memperhatikan tujuan pemberian makanan tambahan terhadap anak orang tua dapat memahami dari tujuan tersebut, diantaranya adalah:
1. Sunartyo Tahun 2008, sebagai penganti ASI agar anak cukup memperoleh kebutuhan energi, protein dan zat-zat gizi lain (vitamin dan mineral) untuk tumbuh kembang secara normal.
2. Arief Tahun 2009, untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikomotor, otak, dan kognitif si kecil yang semakin meningkat. Selain itu, untuk mengembangkan kemampuan bayi menerima berbagai rasa dan tekstur makanan, serta mengembangkan keterampilan makanan dan proses adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar alergi tinggi.
3. Istiyaningsih Tahun 2009, makanan pendamping ASI makanan tambahan yang diberikan untuk menjamin kebutuhan nutrisi bayi dan untuk memperkenalkan pola makanan keluarga.
4. Lituhayu Tahun 2010 , pasalnya, seiring usia bertambah , kebutuhan akan zat gizi pun meningkat. Lagi pula, kapasitas pencernaan, enzim pencernaan, dan kemampuan metabolisme sudah siap menerima makanan selain ASI .

2.3.3 Syarat –syarat makanan tambahan
Menurut Sunartyo Tahun 2009, makanan tambahan yang diberikan pada bayi hendaknya memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Makanan harus memiliki nilai energy dan kandungan protein yang tinggi;
2. Bersifat padat gizi dan berserat lunak;
3. Memiliki nilai suplementasi yang baik, memiliki komposisi vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup;
4. Makanan tambahan juga tidak boleh bersifat kamba, yang dapat menimbulkan rasa kenyang pada bayi. Karna bagi bayi bukan kenyang yang dibutuhkan tetapi energy, protein dan zat-zat gizi yang diperlukan;
5. Dapat diterima dengan baik;
6. harganya relative murah; dan
7. hendakya berasal dari bahan-bahan local.
2.3.4. Manfaat pemberian Makanan Pendamping ASI
1. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang;
2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai macam rasa dan bentuk;
3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan; dan
4. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.
2.3.5 Jenis-jenis Makanan Pendamping ASI
Menurut lituhayu Tahun 2010, jenis-jenis makanan pendamping ASI
1. Buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah misalnya pisang, jeruk, pepaya, tomat dan lainnya;
2. Bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan menggunakan cairan atau kaldu daging atau sayuran, susu formula (ASI ) atau air;
3. Sayur-sayuran yang direbus kemudain dihaluskan menggunakan blender;
4. Ikan yang di blender, ikan yang digunakan dalah ikan yang tidak berduri;
5. Daging pilihan yang tidak berlemak dan di blender; dan
6. Makanan keras yaitu makanan seperti orang dewasa.
2.3.6 Makanan yang Tidak dianjurkan
1. Makanan yang mengandung protein gluten yaitu tepung terigu, barley, biji gandum dan kue yang terbuat dari tepung terigu.Semua jenis makanan tersebut dapat membuat perut bayi gembungdan diare pada bayi;
2. Hindari pemberian gula, garam, bumbu masak atau penyedap rasa terhadap makanan bayi;
3. Makanan terlalu berlemak;
4. Buah-buahan terlalu asam seperti jeruk dan sirsak;
5. Makanan terlalu pedas atau bumbu terlalu tajam;
6. Buah-buahan yang mengandung gas, durian, cempedak. Sayuran mengandung gas, kol, kembang kol. Kedua makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung;
7. Kacang tanah, dapat menyebabkan alergi atau pembengkakan pada tenggorokan sehingga bayi sulit bernapas.
9. Kadangkala telur dapat memacu alergi. Berikan secara bertahap dan dengan porsi kecil; dan
10. Jangan berikan madu buat si kecil. Bukan saja tidak mengandung kalori tetapi juga mengandung resiko kesehatan.
2.3.7. Cara pemberian Makanan Pendamping ASI
1. Berikan secara hati-hati sedikit demi sedikit dalam bentuk encer kemudian lebih kental secara berangsur-angsur;
2. Makanan diperkenalkan secara satu persatu sampai bayi benar-benar dapat menerimanya;
3. Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir dan harus dicoba sedikit demi sedikit misalnya telur. Cara pemberiannya yaitu kuning telurnya terlebih dahulu setelah tidak ada reaksi alergi maka pada hari berikutnya dapat diberikutnya boleh diberikan putih telurny; dan
4. Pada pemberian makanan jangan dipaksa sebaiknya diberikan pada saat bayi lapar.
2.3.8 Makanan untuk bayi sakit
Menurut Sunartyo Tahun 2009, bayi yang sedang sakit sangat membutuhkan makanan yang cukup sehingga zat-zat yang dimakan itu dapat memerangi kuman atau virus yang menyebabkan bayi sakit. Berikut ini makanan bayi sedang sakit :
1. Meskipun bayi sakit ASI tetap diberikan .Jika bayi sakit batuk pilek, maka ibunya yang meminum obat dengan dosis kecil;
2. Bila bayi menderuta infeksi, sejumlah cairan dibutuhkan seperti air matang, air the, air kelapa atau sari buah jeruk. Apabila bayi menderita diare, cairan oralit harus diberikan;
3. Bayi yang menderita infeksi mungkin mempengaruhi selera makannya dan biasanya bayi yang menderita sakit pada mulutnya atau bibirnya luka-luka, ia dapat diberikan bubur;
4. Bila bayi menderita diare, campak, atau infeksi pada saluran pernapasan, berilah makanan yang banyak mengandungvitamin A dalam kadar tinggi, seperti hati, kunung telur, mentega dan susu sapi penuh; dan
5. Bila bayi telah sembuh dari sakit, berikan makanan yang bernilai tinggi untuk menganti zat-zat gizi yang telah terpakai untuk melawan penyakit.
Menurut Arief Tahun 2009, berikan makanan ketika masih hangat agar bayi lebih lahap makan . Berikan sedikit-sedikit dalam porsi kecil , tetapi sering.
1. Berikan ASI seperti biasa, bayi biasaanya tetap mau menyusu, tetapi sedikit-sedikit;
2. Bayi sakit biasanya malas makan . Ketika sedang sakit, system metabolisme tubuh mengurangi aktifitasnya untuk mencerna sebaiknya berikan makanan yang mudah dicerna. Jus buah atau pure buah bias diberikan lebih sering;
3. fokuskan makanan bayi pada makanan lengkap mudah cerna , yaitu makanan nabati ( vegetarian ), karna hanya butuh waktu 2-3 jam untuk dicerna, dari pada hewani. Untuk memperkaya kandungan proteinnya, campurkan tempe, atau polong-polongan dimasak hingga empuk dan dihaluskan; dan
4. Saat bayi sakit, jika makanan nya dicampur sumber protein hewani secara kimiawi sulit di cerna karna butuh waktu 4-6 jam. Apabila ingin menambahkannya tambahkan sedikit saja. Sebaiknya pilih makanan hewani mudah dicerna , seperti telur dan keju alam.

2.3.9 Makanan Bayi Saat Ibu Bekerja
Biasakan menyusui bayi sebelum berangkat kerja. Setiba di rumah pada sore hari dan setelah membersihkan diri, segera berikan ASI pada bayi.
1. Jangan malas memompa ASI selama anda bekerja dan berada dikantor;
2. jika tidak ada pengasuh bayi, tunjuk orang rumah yang bisa dipercaya serta memiliki penampilan dan kebiasaan hidup sehat untuk memberikan ASI pompa yang telah disiapkan;
3. Ingatkan pengasuh bayi atau orang kepercayaan anda agar tidak memenaskan ASI pompa agar nutrisinya tidak mudah rusak. Tekankan padanya bahwa sebelum diberikan , rendam ASI pompa di air hangat dan diberikan ASI sedikit demi sedikit dengan mengginakan sendok bayi; dan
4. Ajari orang kepercayaan Anda cara menyiapkan makanan pandamping ASI. Pure buah harus disiapkan seketika sebelum diberikan pada bayi. Makanan lain pendamping ASI ( bubur lembut, bubur saring ,makanan tim dan makanan selingan) bisa Anda siapkan sendiri di pagi hari. Simpan dalam lemari es . Setengah jam menjelang diberikan , rendam wadah dalam air panas hingga makanan hangat. Bisa juga panaskan dalam penanak listrik yang disetel pada tombol penghangat selama tiga menit. Namun, makanan selingan yang harus diberikan segar, buah disisapkan seketika sebelum diberikan.
2.3.10 Pola pemberian Makanan Pendamping ASI
Menurut Iswati Tahun 2009, pemberian makanan pada bayi sesuai usianya sebagai berikut:
1. Bayi Berumur 6-12 Bulan:
a. Berilah ASI kepada bayi saat menginginkanya;
b.Tambahkan telur , ayam, ikan, tempe, tahu, danging, wortel, bayam, kacang hijau, santan, atau minyak kedalam bubur nasi.
c. Berilah bubur nasi sebanyak tiga kali sehari, yang disesuaikan umur bayi, yaitu:
-6 bulan : 6 sendok makan;
-7 bulan : 7 sendok makan;
-8 bulan : 8 sendok makan;
- 9 bulan : 9 sendok makan;
-10 bulan : 10 sendok makan; dan
-11 bulan :11 sendok makan.
d. Berilah makanan selingan sebanyak dua kali sehari diantara waktu makan bayi, seperti bubur kacang hijau, pisang, biscuit, nagasari, dan lain sebagainya.
e. Berilah buah-buahan atau sari buah.
2.Bayi Berusia 1-2 Tahun :
a. Berilah ASI kepada bayi saat ia mengiginkannya;
b. Berilah nasi lembek sekitar tiga kali sehari;
c. Tambahkan telur, ayam,tempe, tahu, daging, kedalam nasi yang lembek;
d. Berilah makanan selingan sekitar dua kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang hijau , pisang, biscuit, dan lain-lain;
e. Berilah buah-buahan atau sari biah;
f. Bantulah bayi agar ia bisa makan sendiri menggunakan piring dan sendok;
g. Periksakan kesehatan bayi kepada dokter; dan
h. Tanyakan kepada dokter bila perkembangan bayi agak lambat;
i. Berkonsultasilah dengan dokter tentang cara pemberia makanan pendamping ASI , cara merangsang perkembangan bayi, dan cara merawat kebersihan gigi bayi.
Berikut ini akan digambarkan dalam tabel tentang pola pemberian Makanan pada bayi usia 0-1 tahun.
Pola Pemberian Makanan Bayi Usia 0-1 Tahun
No Umur (Bulan) Pemberian Makanan Frekuensi
1 0-6 ASI Sekehendak
2 6-8 ASI
Buah
Makanan Lumat
Makanan Lembik
Telur Sekehendak
1-2 kali
2 kali
1 kali
½ biji
3 8-12 ASI
Buah
Makanan Lumat
Makanan Lembik
Telur 2 kali
1-2 kali
1 kali
2 kali
1 biji


(Sumber: Nestle, 2005. Pedoman Pemberian Makanan Padat Bayi)

2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
2.4.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Soetjiningsih Tahun 1995, pertumbuhan ( grow ) berkaitan dengan masalah-masalah perubahan dalam besar, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa di ukur dengan ukuran Berat ( gram, pound, kg ) , panjang ( cm, m ), umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh ) .
Perkembangan ( development ) dalah bertambahnya kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Blogspot .com Tahun 2009 , Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran tubuh. Tumbuh berkaitan dengan fisik, yaitu hal-hal yang dapat dilihat dengan mata, yang tampak dan dapat diukur, antara lain : tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala.
Perkembangan adalah hak-hal yang lebih berkaitan dengan fungsi-fungsi organ tubuh seperti kepandaian/intelegensia, emosi, perilaku dan panca indera.
Departemen RI Tahun 2006, Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
2.4.2 Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi penikatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
2.4.3 Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
M enurut Aqila Tahun 2010, Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
- Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.
Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
- Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapatdiramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.

2.4.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
2. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau Sebaliknya.
3. Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
4. Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
5. jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
6. Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
7. Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
8. Faktor luar (eksternal).



9. Faktor Prenatal:
a.Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
b. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.
c. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.
e. Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
f. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) Dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.


g. Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i. Psikologi ibu
10. Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
11. Faktor Persalinan ,komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
12. Faktor Pascasalin
a.Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b.Penyakit kronis/ kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c.Lingkungan fisis dan kimia.
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
d.Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e.Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f.Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
g.Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
h.Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
I.Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

2.4.5. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
2.4.6. Periode Tumbuh Kembang Anak.
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
1. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
a. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
b. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
c. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam mas ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
2. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks.
Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.

2.4.7 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
1 bulan
Berat badan: 3,0 – 14,3 kg
Panjang badan: 49,8 – 54,6 cm
Lingkar kepala: 33 – 39 cm
Gerakan kasar: tangan dan kaki bergerak aktif
Gerakan halus: kepala menoleh ke samping kanan-kiri
Komunikasi/Berbicara: bereaksi terhadap bunyi lonceng
Sosial/Kemandirian: menatap wajah ibu/pengasuh

2 bulan
Berat badan: 3,6-5,2 kg
Panjang badan: 52,8-58,1 cm
Lingkar kepala: 35-41 cm
Gerakan kasar: mengangkat kepala ketika tengkurap
Gerakan halus: kepala menoleh ke samping kanan-kiri.
Komunikasi/Berbicara: bersuara.
Sosial/Kemandirian: tersenyum spontan
3 bulan
Berat badan: 4,2-6,0 kg
Panjang badan: 55,5-61,1 cm
Lingkar kepala: 37-43 cm
Gerakan kasar: kepala tegak ketika didudukkan
Gerakan halus: memegang mainan
Komunikasi/Berbicara: tertawa/berteriak tertawa/berteriak
Sosial/Kemandirian: memandang tangannya
4 bulan
Berat badan: 4,7-6,7 kg
Panjang badan: 57,8-63,7 cm
Lingkar kepala: 38-44 cm
Gerakan kasar: tengkurap-telentang sendiri
Gerakan halus: memegang mainan
5 bulan
Berat badan: 5,3-7,3 kg
Panjang badan: 59,8-65,9 cm
Lingkar kepala: 39-45 cm
Gerakan halus: meraih, menggapai
Komunikasi/Berbicara: menoleh ke suara
Sosial/Kemandirian : meraih mainan
6 bulan
Berat badan: 5,8-7,8 kg
Panjang badan: 61,6-67,8 cm
Lingkar kepala: 40-46 cm
Gerakan kasar: duduk tanpa berpegangan
Sosial/Kemandirian : memasukkan biskuit ke mulut
7 bulan
Berat badan: 6,2-8,3 kg
Panjang badan: 63,2-69,5 cm
Lingkar kepala: 40,5-46,5 cm
Gerakan kasar: mengambil mainan dengan tangan kanan dan kiri
Komunikasi/Berbicara: bersuara “Ma Ma…”.
8 bulan
Berat badan: 6,6-8,8 kg
Panjang badan: 64,6-71,0 cm
Lingkar kepala: 41,5-47,5 cm
Gerakan kasar: berdiri berpegangan
Komunikasi/Berbicara: bersuara “Ma Ma…”
9 bulan
Berat badan: 7,0-9,2 kg
Panjang badan: 66,0-72,3 cm
Lingkar kepala: 42-48 cm
Gerakan halus: menjimpit Komunikasi/Berbicara:
Sosial/Kemandirian : melambaikan tangan
10 bulan
Berat badan: 7,3-9,5 kg
Panjang badan: 67,2-73,6 cm
Lingkar kepala: 42,5-48,5 cm
Gerakan halus: memukulkan mainan di kedua tangan
Sosial/Kemandirian : bertepuk tangan
11 bulan
Berat badan: 7,6-9,9 kg
Panjang badan: 68,5-74,9 cm
Lingkar kepala: 43-49 cm
Komunikasi/Berbicara: memanggil “mama.. papa…”
Sosial/Kemandirian : menunjuk, meminta

12 bulan
berat badan: 7,8 – 10,2 kg,
panjang badan: 69,6 – 76,1 cm,
lingkar kepala: 43,5 – 49,5,
gerakan kasar: berdiri tanpa berpegangan
gerakan halus: memasukkan mainan ke cangkir
sosialisasi/kemandirian: bermain dengan orang lain
15 bulan
Berat badan: 8,4 – 10,9
Panjang badan: 72,9 – 79,4
Lingkar kepala: 44 – 50
Gerakan kasar: lari naik tangga
Gerakan halus: berjalan
Sosial/Kemandirian: minum dari gelas.
1,5 tahun
Berat badan: 8,9 – 11,5 kg
Panjang badan: 75,9 – 82,4 cm
Lingkar kepala: 44,5 – 50,5 cm
Gerakan kasar: lari naik tangga
Gerakan halus: menumpuk 2 mainan
Komunikasi/Berbicara: berbicara beberapa kata (mimik, pipis, ma’em)
Sosial/Kemandirian: Memakai sendok
2 tahun
Berat badan: 9,9 – 12,3
Panjang badan: 79,2 – 85,6
Lingkar kepala: 45 – 51
Gerakan kasar: menendang bola
Gerakan halus: menumpuk 4 mainan
Komunikasi/Berbicara: menunjuk gambar (bola, kucing)
Sosial/Kemandirian: melepas pakaian, memakai pakaian, menyikat gigi.
2.4.8 Pertumbuhan Bayi Sehat
Tertulis dalam buku Blogger Tahun 2009 , Salah satu tanda bahwa bayi Anda sehat adalah pertumbuhan. Perubahan tinggi dan berat bayi Anda adalah indikator penting yang menandai keseluruhan kesehatan.
Itulah sebabnya ketika bayi Anda masih sangat kecil, dia sering ditimbang. Kurangnya pertumbuhan terkadang merupakan tanda bahwa bayi sakit, atau tidak makan dengan baik. Gizi yang kurang akan mempengaruhi kesehatan di kemudian hari. Tapi kenaikan berat badan yang sehat merupakan tanda yang baik – bayi yang tumbuh dengan baik kemungkinan besar sehat.
Untuk selanjutnya, karena pertumbuhan bayi dan batita cenderung menurun, tidak perlu sering menimbang badan. Akan tetapi, berat dan tinggi badan biasanya diukur ketika Anda membawa anak Anda untuk periksa kesehatan rutin di klinik KIA atau dokter.
Terdapat variasi besar untuk berat dan tinggi badan yang dianggap normal pada bayi yang baru lahir. Berat rata-rata adalah antara 2,5-4,5 kg (5lb 8oz sampai 9lb 12oz), dan tinggi rata-rata bervariasi antara 48-51 cm (19-20 inci) – dan banyak bayi yang sehat berat badannya kurang atau lebih dari angka-angka tersebut tanpa ada masalah.
Bayi biasanya kehilangan berat badan di hari-hari pertama setelah kelahiran – sekitar 10 persen dari berat lahir masih dianggap tidak apa-apa. Ini disebabkan oleh kehilangan kotoran (mekonium) melalui pup dan urin yang merupakan hal yang wajar. Anda dapat mengharapkan bayi Anda memperoleh kembali berat lahirnya di sekitar hari ke-10. Banyak bayi yang sehat membutuhkan waktu yang lebih lama.
Berat badan bayi meningkat secara tidak teratur. Terutama sekali pada bayi yang disusui. Bila dirata-rata, peningkatan berat badan berkisar pada 150-200 g per minggu, biasanya melambat setelah usia tiga bulan dan menjadi lebih lambat lagi setelah enam bulan. Tentu saja ada waktu dimana bayi Anda mengalami dorongan pertumbuhan yang cepat dan mengalami kenaikan berat badan atau tumbuh lebih dari biasanya




Menurut Standar Tinggi & Berat Badan Balita

Usia & Jenis Kelamin Tinggi Berat
( Cm) ( Kg)
Laki-Laki
6 Bulan 67.8 7.58
9 Bulan 72.3 9.18
12 Bulan 76.1 10.15
18 Bulan 82.4 11.47
24 Bulan 87.6 12.59
30 Bulan 92.3 13.67
36 Bulan 96.5 14.69
Perempuan
6 Bulan 65.9 7.21
9 Bulan 704 8.56
12 Bulan 74.3 9.53
18 Bulan 80.9 10.82
24 Bulan 86.5 11.9

2.4.9. Pertumbuhan Otak
Otak sebagai salah satu organ vital mempunyai peranan yang tinggi didalam proses perkembangan pertumbuhan bayi, apa saja sich perkembangan otak di awal-awal tahun, ketika bayi berumur 6 bulan, 8 bulan, atau hingga puluhan tahun?
Ketika menjelang kelahiran: Kebanyakan anak sudah memiliki 100 miliar sel otak yang aktif dan mereka sudah menjalin sekitar 50 triliun hubungan dengan sel-sel otak yang lain serta bagian-bagian tubuh lain.
Ketika usia dalam bulan-bulan awal: Disaat indra bayi sudah bereaksi terhadap lingkungannya, dia akan mengembangkan hubungan “sinaptik” baru dengan kecepatan yang menakjubkan, yaitu hingga 3 miliar per detik.
Didalam usia 6 bulan pertama: Si kecil akan berbicara dengan menggunakan semua suara yang sama seluruh dunia, tetapi kemudian dia akan mulai belajar berbicara dengan hanya menggunakan suara serta kata-kata yang dia ambil dari lingkungannya, khususnya dari orang-orang terdekatnya yaitu orang tuanya. Otaknya akan membuang ketrampilan berbicara didalam bahasa yang tidak dia dengar disekitarnya. Ketika menginjak usia 8 bulan: Otak si bayi telah meningkat dan akan memiliki sekitar 1.000 triliun hubungan (1.000.000.000.000.000). Setelah sejumlah tersebut, hubungan akan mulai menurun kecuali si anak dihadapkan kepada rangsangan melalui semua indranya.Menginjak usia sekitar sepuluh:
Sekitar separuh hubungan telah mati pada kebanyakan anak, tetapi masih meninggalkan sekitar 500 triliun yang akan bertahan sepanjang

2.4.10. Beberapa Gangguan Tumbuh-Kembang Yang Sering Ditemukan.
1. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
2. Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
3. Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
4. Perawakan Pendek.
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.


5. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

6. Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang yang sering kali disertai hiperaktivitas.








BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep


Pengetahuan Ibu


Pemberian Makanan Pendamping ASI


Perubahan pertumbuhan dan perkembangan




3.2. Definisi Konseptual
3.2.1 Pengetahuan
Notoadmojo Tahun 2003, Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengintaian terhadap suatu objek tertentu pegindaraan terjadi melelui pancaindra manusia yaitu, indra penglihat, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
3.2.2 Makanan Pendamping ASI
Khomsan dan Ridhayani Tahun 2008, makanan pendamping ASI atau MP-ASI adalah makanan yang diberikan secara bertahap. Awalnya bayi diberi makanan cair seperti sari buah atau bubur susu.Setelah itu berlanjut dengan makanan semi padat dan akhirnya diberikan makanan padat atau mulai memperkenalkan makanan orang dewasa.
3.2.3 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Soejtningsih tahun 1995, pertumbuhan ( grow ) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,jumlah,ukuran atau dimensi tingkat sel.
Perkembangan ( development ) dalah bertambahnya kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
3.3 Depenisi Operasional
3.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden/ ibu tentang makanan pendamping ASI terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
3.3.2. Makanan Pendamping ASI
Makanan tambahan yang diberikan oleh ibu selain ASI agar terpenuhi asupan gizi serta protein bayinya.
3.3.3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran organ tubuh dari yang kecil menjadi besar dapat dilihat.
Perkembangan adalah berhubungan dengan kemampuan seseorang mulai dari pikiran, gerakan,yang tidak tampak oleh mata.

3.4. Hipotesis
Ha: Ada hubungan antara pengetahuan Ibu tentang makanan pendamping ASI terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan balita usia 6-24 bulan.



BAB IV
Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian yang digunakan, populasi dan sampel, analisis data, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data dan proses.
4.1. Desain penelitian
Desain penelitian ini bersifat Deskriptif korelatif, dimana penelitian ini ingin mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan balita usia 6-24 bulan di dusun sido rukun, desa Candirejo, Kec. Biru-Biru.
4.2. populasi dan sampel
4.2.1. Populasi
Menurut Ari kunto Tahun 2006, populasi adalah jumlah keseluruhan. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu- ibu yang mempunyai balita usia 6-24 bulan yang berada di Dusun Sido Rukun, desa Candirejo Kec, Biru-biru.
4.2.2. sampel
Setiadi tahun 2007, Sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu seluruh ibu – ibu yang mempunyai balita usia 6-24 bulan yang bersedia menjadi responden, yang berada di Dusun Sido Rukun, desa Candirejo Kec. Biru-biru.

4.3. Lokasi dan waktu
Penelitian dilakukan di Dusun Sido Rukun, desa Candirejo Kec. Biru-Biru Kab. Deli Serdang dan akan di lakukan penelitian pada juli 2010. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut karena didapat jumlah sampel yang memadai dan menujukan criteria sampel untuk di seleksi menjadi responden. Disamping itu pertimbangan efisien biaya, dimana lokasi peneliti tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti sehinga mudah dijangkau dengan menggunakan tranfortasi umum yang memadai.
4.4. Pertimbangan etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dan rekomondasi dari Ka. PSIK Deli Husada Delitua dan dari kepala Desa Candirejo Kec, Biru-Biru Kab, Deli Serdang. Untuk mengadakan penelitian dalam ruang lingkup penelitian tersebut dengan beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan dan dilindungi.
Karena peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu: responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa ada sanksi apapun. Tidak menimbulkan penderitaan bagi responden, peneliti harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden. Responden harus diberlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian. Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk melanjutkan subjek penelitian, data yang diperoleh harus dijaga kerahasiaannya.

Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara, tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kusioner) yang diisi oleh responden, tetapi hanya menuliskan nomor dan kode tertentu. Data- data yang diperoleh dari responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.
4.5. Instrumen penelitian
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yang pertama data demografi, yang terdiri dari umur, suku, jenis kelamin, agama, status pendidikan. Bagian yang kedua merupakan pernyataan yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan ibu tentang makanan pendamping asi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner tertutup, yaitu jawaban sudah disediakan sehingga responden hanya memilih sesuai dengan pendapatnya. Skala Guttman adalah salah satu bentuk kuesioner tertutup. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pernyataan benar dan salah. Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist.
Kuesioner dalam penelitian ini berisikan 10 pernyataan positif dan negatife megenai Hubungan Pengetahuan Tentang Makanan Pendamping ASI dan 10 pernyataan positif dan negative tentang Perubahan Tumbuh Kembang Balita.Interpretasi penilaian, sebuah item pernyataan positif dan negatife dengan tipe jawaban “ benar “ skor 1 dan “ salah “ skor 0. Data yang diperoleh berupa data interval, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai responden adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 20.
Rentang dibagi atas tiga kategori yaitu :
15-20: baik jika mencapai 75 % keatas
8-14 : sedang jika mencapai 40 – 70 %
1-7 : buruk jika < 40%
4.6. Pengumpulan data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan. Setelah mendapat izin dari institusi pendidikan, kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian pada kepada Desa Candirejo Kec. Biru-Biru Kab. Deli Serdang.Setelah mendapat izin penelitian dari kepada lurah Desa Candirejo Kec. Biru-Biru Kab. Deli serdang, kemudian peneliti mulai melakukan pengumpulan data, menjelaskan kepada calon responden, manfaat proses pengumpulan data dan memberikan kesempatan bertanya bila ada hal yang tidak dimengerti.
Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian serta pengisian kuesioner. Jika calon responden bersedia maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan penelitian sebagai bukti kesediaan diri menjadi responden. Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan persetujuan secara lisan (verbal). Tetapi jika calon responden tidak bersedia untuk diteliti, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Untuk pengumpulan data tahap awal dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden.
Mengobservasi keadaan responden dan mengumpulkan kuesioner yang telah dijawab untuk dilakukan analisis data.
4.7. Analisa data
Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan uji chi-square. Dimana uji Chi- square dapat digunakan untuk mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau menganalisis hasil observasi untuk mengetahui, apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan pada penelitian tidak yang menggunakan data nominal. Data demografi disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan persentase.


Keterangan Rumus :
Fo = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
Fe = frekuensi yang diharapkan
Ketentuan dari uji chi-squcere ialah x² hitung lebih kecil atau sama dengan x² table (0, 05), maka Ho diterima dan Ha ditolak (Aziz, 2009).